Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja

Rabu, 20 April 2011

Pacaran yang sehat

Kita-kita disebut remaja kalau sudah masuk masa puber. Masa puber itu ditandai dengan berkembangnya tanda seksual primer dan sekunder pada diri kita. Para gadis kecil disebut gadis remaja kalau sudah menarche atau dapat haid yang pertama kali, payudara mulai tumbuh, badan jadi mulai berlekuk-lekuk, kulit jadi halus, juga tumbuh rambut di ketiak dan daerah sekitar alat kelamin…
Yang cowok disebut remaja kalau sudah mengalami mimpi basah (bukan mimpi kehujanan lho ya) yaitu mimpi yang mengakibatkan keluarnya sperma tanpa disadari. Selain mimpi basah, para cowok juga mengalami perubahan fisik, yaitu berubah suaranya, tumbuh rambut di sekitar alat kelamin dan ketiak, tumbuh kumis, dan dada mulai membidang. Perubahan itu semua dipengaruhi hormon yang sudah bekerja. Hormon yang berkembang dalam tubuh cewek adalah progesteron dan estrogen, sedangkan yang ada dalam tubuh cowok adalah hormon testosteron.
Banyak alasan remaja berpacaran.

Ada yang bilang kalau tidak pacaran berarti tidak gaul dan ketinggalan zaman. Ada juga yang bilang pacaran karena ikutan tren. Ada lagi yang pacaran karena teman. Pacaran yang model begini biasanya dianut karena teman-temannya sudah punya pacar. Sering muncul pertanyaan seperti ini, “Ngapain aja sih kalau pacaran?” Remaja yang lagi punya dorongan seksual tegangan tinggi ini biasanya ada yang melakukan aktivitas seksual dan tidak sadar bahwa itu semua adalah awal dari PaHe. PaHe adalah singkatan dari Pacaran Heboh. Bahaya enggak sih gaya pacaran yang seperti itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, yuk kita lihat apa yang bakal terjadi kalau ber-PaHe-ria:
1) Berisiko tertular PMS
PMS itu singkatan dari Penyakit Menular Seksual seperti Kencing Nanah (GO), Siphilis, Kutil Kelamin, Hepatitis, bahkan HIV/AIDS.
2) Pernikahan Dini
Itu kan judul sinetron! Eits…yang satu ini bukan judul sinetron, tetapi risiko lain dari PaHe. Biar adik bayi dalam kandungan lahir berayah, so nikah saja. Tetapi apakah menikah berarti menyelesaikan masalah?
3) Aborsi
kalau aborsi itu bisa menyebabkan infeksi kalau peralatannya enggak steril, menyebabkan kanker rahim juga kalau kuretasenya tidak bersih, kemandulan juga bisa terjadi karena aborsi dan yang paling parah bisa menyebabkan kematian kalau tidak dilakukan secara benar. Secara kejiwaan, aborsi bisa menimbulkan depresi berat dan rasa bersalah yang berat. Oke, sudah lihat risikonya kan? So, masih pengen PaHe?
Terus gimana dong pacaran yang sehat? Begini nih tips pacaran yang sehat:
1. Beraktivitas yang positif
Seru juga lho kalau pacaran sambil kursus keterampilan yang bisa menunjang prestasi. Dijamin bakal semangat kursusnya! Kalau tidak ingin gabung kursus bisa juga cari aktivitas bareng pacar. Olahraga bareng boleh dicoba tuh! Lari keliling Senayan lima kali bakalan enggak capek. Pacaran iya, sehat juga iya.
2. Hindari tempat sepi
Kata Nenek, berduaan itu bisa bahaya. Apalagi tempatnya agak gelap, wah bisa bahaya tuh. So, paling enak kalau pacaran sambil gaul sama temen-temen. Selain menghindar dari PaHe, kita juga enggak bakal dicuekin sama teman-teman karena selalu berduaan.
3. “Say No to Free Sex!”
Bukan cuma drugs yang harus di-SAY NO, free sex juga. Kalau pacar kita melakukan sesuatu yang tidak kita suka, apalagi menjurus ke aktivitas seksual, maka kita harus berani bilang tidak. Jangan takut kalau diancam putus, kan kita jadi tahu doi bukan pacar yang baik. Kalau kita mengalami paksaan atau bahkan kekerasan, jangan ragu untuk cerita sama orang yang bisa kita percaya untuk minta bantuannya
Pada saat ini, kekerasan pada masa pacaran merupakan masalah yang sering ditemui dan cukup kompleks. Namun demikian, kita harus tetap berusaha untuk mengantisipasi munculnya kekerasan dalam masa pacaran ini.  Salah satu cara yang mungkin bisa dilakukan, terutama oleh remaja adalah dengan melakukan pacaran yang ”sehat”. Pacaran yang ”sehat” adalah pacaran yang memenuhi kriteria ”sehat”, baik sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, maupun sehat seksual .
  1. Sehat fisik. Pacaran dikatakan sehat secara fisik jika dalam aktivitas berpacaran tersebut tidak ditemui adanya kekerasan secara fisik. Nah, itu berarti bahwa walaupun remaja putra secara fisik memang lebih kuat dari remaja putri, bukan berarti remaja putra dapat seenaknya menindas ataupun memanipulasi remaja putri secara fisik.
  2. Sehat psikis. Pacaran dikatakan sehat secara psikis, jika sepasang individu yang menjalaninya mampu saling berempati serta mengungkapkan dan mengendalikan emosinya dengan baik, saling percaya, saling menghargai, dan saling menghormati. Dengan demikian, hubungan di antara keduanya menjadi lebih nyaman, saling pengertian, dan juga ada keterbukaan.
  3. Sehat sosial. Pacaran dikatakan sehat secara sosial jika aktivitas berpacaran tersebut tidak bersifat saling mengikat atau mengisolasi pasangan. Artinya, walaupun remaja putra dan putri terikat dalam komitmen pacaran, namun hubungan sosial masing-masing mereka dengan individu lain tetap harus dijaga dan sebaiknya remaja putra atau putri tidak hanya terfokus pada pacar atau pasangannya saja.
  4. Sehat seksual. Kemudian, pacaran juga harus sehat secara seksual. Secara biologis, kaum remaja mengalami perkembangan dan kematangan seks. Tanpa disadari, pacaran juga mempengaruhi kehidupan seksual seseorang. Kedekatan secara fisik dapat mendorong keinginan untuk melakukan kontak fisik yang lebih jauh. Jika hal itu diteruskan dan tidak terkontrol, maka dapat menimbulkan hal-hal yang sangat berisiko. Karena adanya resiko yang harus ditanggung akibat tindak seksual yang mereka lakukan, maka aktivitas percaran yang mereka lakukan tidak lagi disebut sebagai pacaran yang ”sehat”.
Nah..bagaimana agar pacaran kita sehat dan tetap awet? Disini kita harus punya prinsip. Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan memiliki dasar dan tujuan yang jelas. Dalam berpacaran, mungkin saja kita menemukan perbedaan prinsip, khususnya tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hal itu adalah wajar, asalkan tetap saling menghargai. Setiap orang, khususnya remaja, mempunyai hak untuk bicara secara terbuka, termasuk mengungkapkan prinsipnya masing-masing.
Mengungkapkan prinsip yang kita pegang akan berpengaruh pada penerimaan orang lain. Maksud dan keinginan kita akan sulit diterima dan dimengerti orang lain kalau kita tidak tahu bagaimana mengomunikasikannya dengan baik. Intinya, kita juga harus mengerti atau memahami bagaimana cara berkomunikasi yang baik.
oleh: 4stoety (Guru Pembimbing di SMP Negeri 5 Kota Magelang)

0 komentar:

Posting Komentar