BANJARMASINPOST.CO.ID — Selama ini, masalah hipertensi
selalu dihubungkan dengan penyakit stroke. Namun, riset terbaru
menunjukkan, orang dengan hipertensi cenderung mengalami penurunan
kemampuan membaca reaksi orang dan tidak dapat membedakan reaksi marah
serta bentuk emosi lainnya.
James A McCubbin, professor psikologi dari Clemson University, Amerika
Serikat, dan koleganya telah membuktikan bahwa penderita hipertensi
lebih cenderung mengalami penurunan kemampuan dalam mengenali rasa
marah, takut, sedih, dan ekspresi wajah.
"Sebagai contoh, jika atasan di tempat kerja Anda marah, Anda sering
keliru dan mungkin mengira bahwa dia hanya bercanda," kata McCubbin,
seperti dilaporkan dalam Journal Psychosomatic Medicine.
"Hal ini dapat menyebabkan miskomunikasi, penurunan efektivitas kerja,
dan meningkatnya tekanan psikososial. Pada beberapa orang, hal ini
mungkin akan menyebabkan salah tafsir karena tidak bisa membedakan
antara humor dan marah," ujar McCubbin.
McCubbin mengatakan, ketidakmampuan seseorang untuk membaca kondisi
emosional pada ekspresi wajah atau komunikasi verbal akan membuat mereka
mendapat lebih banyak masalah karena tidak sepenuhnya dapat membedakan
ancaman yang ada di sekitarnya.
Menurutnya, hubungan antara hambatan membaca emosi dan tekanan darah
tinggi diyakini turut berperan dalam perkembangan hipertensi dan risiko
menderita penyakit jantung.
"Menurunnya emosi positif dapat menghilangkan salah satu manfaat
menyembuhkan dari hubungan pribadi, hobi, ataupun liburan," ujarnya
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja
Rabu, 09 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar